Apa Itu HDR di Kamera Smartphone ? Kapan Harus Dimatikan?
Bagi yang suka bolak balik buka aplikasi kamera di smartphone, pasti tidak asing dengan yang namanya HDR.
Terlebih, dengan diaktifkanya fitur ini, tidak sedikit dari kita yang merasa bahwa fotonya jadi asik.
Faktanya fitur ini memang banyak yang pakai, sadar atau tidak sadar ya..
Tapi mungkin banyak yang masih belum tau.
Apa itu HDR, dan Apa Fungsinya ?
Dalam dunia fotografi HDR itu adalah sebuah kondisi dimana foto memiliki jangkauan dinamis yang tinggi.Hah ? Jangkauan dinamis ?
Jangkauan dinamis dalam fotografi, kasarnya merupakan jangkauan titik tergelap (shadow) dan titik terang (highlight) dalam sebuah foto.
Tidak terbayang? tidak apa-apa, saya pun dulu begitu, susah untuk mengerti apa itu HDR.
Tapi coba bayangkan, ketika kita mengambil foto sebuah pemandangan,
Kemudian bayangkan kalian memusatkan fokus ke area shadow atau area gelap yang memiliki pencahayaan paling sedikit di bingkai layar kamera kalian, misalkan saja pepohonan.
Nah, otomatis area itu akan menjadi fokus, dan yang awalnya gelap jadi sedikit lebih terang di kamera smartphone kalian, sehingga detil batang dan dedaunannya terlihat.
Tentu saja ini diikuti oleh area highlight yang memiliki eksposur cahaya lebih tinggi, seperti bagian langitnya misalnya.
Hasilnya, bagian langit yang tertangkap kamera akan menjadi putih bersih tanpa detil sedikitpun, atau istilahnya wash-out.
Detil pohon menyebabkan langit yang wash-out |
Nah, foto yang HDR tidak seperti itu.
Foto HDR memiliki detil langit, awan sampai ke bagian shadow seperti ada apa di bawah pohon, detil gunung, semua tertangkap dengan baik dalam satu frame foto.
Mirip dengan apa yang biasa kita lihat dengan mata kepala kita sendiri secara langsung.
Intinya HDR ini membuat foto yang kita ambil memiliki kontras pencahayaan yang seimbang, antara shadow, dan highlight.
Sampai disana paham ya.
Lalu sihir apa yang digunakan smartphone selama ini untuk dapat HDR ?
Sebenarnya ada dua metode secara umum untuk mendapatkan HDR ini dalam sebuah foto, yaitu menggunakan filter ND Gradual, dimana sebuah filter spesial diletakkan di depan sensor kamera ketika mengambil gambar, dan yang kedua yaitu Pencitraan Digital.
Filter GND dipegang di bagian kiri, menunjukkan perbedaan jangkauan dinamis kiri: detil awan tertangkap jelas, kanan: detil awan hilang |
Nah, kita fokus ke pencitraan digital mas, karena ini yang digunakan oleh semua smartphone masa kini.
Digital imaging disini sebenarnya sangat luas.
Selama teknik menghasilkan foto melibatkan algoritma perangkat lunak, teknik tersebut masuk kedalam metode Pencitraan digital.
Kebetulan, yang biasa kita gunakan di smartphone modern masa kini menggunakan teknik bernama Tone Mapping.
Gambaran hasil proses HDR dengan teknik tone mapping |
Teknik ini menghasilkan foto dengan mengambil beberapa foto dengan objek yang sama, namun dengan exposure yang berbeda disetiap shot nya,
Kemudian melalui proses yang terjadi secara otomatis dibelakang layar, algoritma aplikasi kamera kita akan menggabungkan semua gambar tersebut hingga didapat hasil akhir yang memuaskan.
Sehingga semua detil tertangkap, baik detil di bagian tembok (shadow) yang didapat dari foto paling terang, tanpa membuat jendela (highlight) menjadi bocor-bocor.
Oke, lalu apa pentingnya tau hal ini?
Dengan kita tau cara kerja HDR ini, kita jadi tau kapan saja waktu terbaik menggunakan mode ini, kapan tidak boleh,
Kapan disarankan menggunakan HDR
1. Ketika memotret pemandangan
Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, pemandangan cenderung memiliki kontras yang tinggi yang menyebabkan daratan yang difoto akan gelap ketika kita mencoba fokus ke detil langit.
Dengan mengaktifkan fitur HDR, kita dapat membuat daratan lebih cerah tanpa membuat langit terekspos berlebih.
2. Ketika memotret portrait dengan backlight
Bagi kalian yang hobby foto-foto outdoor, ini merupakan kabar gembira.
Sama seperti konsep nomor 1, HDR sangat membantu dalam menangkap detil subjek walau memiliki kontras yang sangat tinggi.
Hal yang sama juga berlaku ketika kita mengambil foto indoor dengan keadaan jendela atau pintu yang terbuka seperti contoh gambar tone mapping diatas.
Jendela atau pintu tersebut menjadi sumber cahaya yang menyebabkan overexposure.
3. Memotret dalam keadaan minim cahaya
Nah, saat memotret dengan keadaan minim cahaya, kita juga disarankan untuk menyalakan fitur HDR lho manteman.
Ini dikarenakan oleh fakta bahwa umumnya pada saat gelap atau malam hari, biasanya ada sumber cahaya, baik berupa lampu atau yang lainnya yang sekali lagi dapat menyebabkan beberapa masalah pada hasil foto.
Kapan disarankan mematikan HDR
1. Ketika memang sengaja membuat foto artistik dengan rasio kontras tinggi.
Semua menjadi lain jika kita memiliki tujuan yang beda.
Ketika memang sengaja membuat foto dengan rasio kontras tinggi, seperti misalnya membuat foto siluet, atau portrait yang ingin menonjolkan subjek, sebaiknya HDR dimatikan saja, karena kalau tidak, HDR yang akan mematikan tujuan utama kalian.
2. Ketika memotret subjek bergerak
Jadi, oleh karena HDR pada kamera smartphone memerlukan waktu untuk menangkap sejumlah foto seperti yang dijelaskan di atas, hasil foto HDR akan menjadi sedikit blur dan tidak konsisten ketika mengambil subjek bergerak.
Ini dikarenakan subjek bergerak menyebabkan serangkaian foto bahan tone mapping tidak sama satu sama lain, jadi kemungkinan akan timbul ghosting atau trailing.
Saya rasa kepala kalian pasti penuh dengan pertanyaan
Jangan sungkan untuk di luapkan di kolom komentar ya !
0 komentar:
Post a Comment