Inilah Kenapa Jadi Fanatik Satu Brand HP Bisa Buat Kamu Jadi Buta Akan Realita
Apakah brand HP kalian yang kalian pilih adalah brand terbaik di muka bumi ini ?
Apakah produk yang dihasilkan selalu keren, berkualitas, dan bebas dari defect ?
Dan apakah orang lain dengan brand berbeda itu cupu, pantas di rendahkan ?
Jika iya, maka selamat, anda merupakan seorang fanatik brand ponsel
Emang kenapa kalau fanatik ?
Sebelum saya jawab pertanyaan ini, pertama kita mesti tau dulu, apa sih yang dianggap sebagai fanatisme ?
Apa iya jika kita suka sebuah brand, maka kita sudah bisa dibilang fanatik ?
Yaaa, engga gitu juga sob..
Saya adalah seorang fan sebuah brand ponsel bernama Xiaomi, karena mereka membuat produk dengan kualitas dan spek yang oke yang dapat dinikmati bagi masyarakat berbagai golongan.
Saya juga merupakan seorang fan Samsung dengan S-Pen dan teknologi layar OLED nya yang saya rasa brilian banget, terutama untuk seorang seniman digital.
Dan tidak hanya sampai di sana, karena saya juga merupakan fan Apple dengan segala desainnya, baik hardware dan software yang solid banget, walau dengan harga yang membuat alis terangkat.
Eh, emang boleh ya jadi fan terhadap banyak hal ?
Ya tentu boleh dong, emang siapa yang ngelarang ?
Tapi, hal tersebut beda sama yang namanya fanatisme
Walau berasal dari kata yang sama, bagi saya ada perbedaan yang cukup kentara antara kedua kata ini.
Ini berkat adanya pelemahan makna dari kata fan itu sendiri.
Nah, fanatisme ini merupakan bentuk kesukaan terhadap suatu hal secara berlebihan (ekstrim).
Ketika kalian fanatik terhadap suatu hal, maka kalian akan cenderung kaku.
Dari beberapa tulisan yang saya baca, jadi fanatik itu bisa membuat kita buta akan realita lho.
Kenapa begitu ?
Ya sederhananya, karena kita akan menolak semua hal diluar keyakinan kita itu, bahkan kalau kenyataanya hal tersebut lebih superior terhadap hal yang kita yakini.
Lalu apa kaitannya dengan produk sebuah brand hp ?
Simpel aja, menjadi fanatik akan membuat kita terpaku terhadap sebuah brand dan menganggap brand tersebut unggul di segala bidang.
Jadi kalau diberi pertanyaan, "hp apa yang bagus untuk saya dengan budget 3 juta?", tanpa ditanyai lebih lanjut tentang kebutuhan dan preferensi yang lain, pasti jawaban yang kita peroleh dari seorang fanatik adalah brand yang mereka kagumi.
Bahkan lebih konyol, munculnya jawaban "mending nambah lagi 5 juta, dapat brand pujaan hati"
Duh..
Kondisi ini juga biasanya membuat seorang fanatik gagal melihat sisi positif produk lain, karena cap negatif yang terlanjur mereka berikan.
Alhasil penilaian kita terhadap suatu produk itu jadi tidak objektif, dan cenderung bias.
Padahal kita tau tidak ada brand yang menang di semua sisi, kan ?
Bisa aja sebuah brand itu punya spek oke, tapi ternyata ga sesuai budget kita.
Atau ternyata produk tersebut sulit di kustomisasi, sementara kita doyan oprek-oprek.
Nah dari yang sering saya lihat, ternyata para fanatik brand hp ini sering merendahkan orang diluar preferensinya.
Dan benar saja, karena fanatisme juga akan diikuti oleh sifat ofensif, yaitu kecenderungan untuk menyerang orang lain diluar kelompoknya.
Beda dengan yang namanya loyalist, walau mereka tetap stick pada satu brand, mereka tidak akan pernah menyerang kelompok lain.
Serangan ini bentuknya ya beragam.
Bisa berupa sindiran, hinaan, hujatan, dan sebagainya.
Contohnya saja pada kasus "Us vs them" yang sangat jelas banget tergambar dari pengguna Mac dan PC beberapa tahun lalu, yang saya pikir sengaja dibuat oleh Apple untuk membuat penggunanya merasa spesial.
Atau untuk kasus yang di dalam negeri itu, yang dilakukan oleh kaum "mendang-mending", yang sering kali memberi "saran" tanpa ditanya.
Dan biasanya mereka itu ngeselin
Apakah dengan menjadi pengguna produk dari brand tersebut, kita bebas merendahkan produk yang dipilih orang lain ?
Tentu tidak lah, jon!
Bukannya yang namanya preferensi itu cukup disimpan untuk diri sendiri ya?
Contohnya ketika ada yang share kalau dia baru beli hp baru, kenapa ada orang lain yang malah kesel?
Kenapa mereka yang tidak setuju ?
Tapi kalau kita dimintai pendapat sih boleh aja ya kasih saran..
Nah, ini apa ? ditanya tidak, malah menyulut api pertengkaran yang kita tau tidak akan ada ujung dan hasilnya.
Ya karena biasanya akan berujung debat, bukan diskusi.
Dan pada akhirnya, sifat ini ternyata tidak hanya merugikan orang lain saja, melainkan juga akan menggerogoti diri sendiri.
Sebab itu tadi, tidak objektif dalam menilai produk.
Dan ketika mencari produk yang terbaik untuk diri sendiri, menjadi fanatik tidak akan membantu sama sekali.
Karena produk terbaik itu jawabannya satu, yaitu "tergantung"..
0 komentar:
Post a Comment